» » » » » Sejarah Desa Kalianget


Desa Kalianget adalah salah satu desa di Kecamatan Seririt yang merupakan desa peninggalan sejarah, yang dulunya sebuah daerah yang sangat tandus, di pinggiran pantai tumbuh semak- semak, hutan belukar yang sangat lebat di sekitarnya banyak tumbuh pepohonan yang menyebarkan bau harum tat kala berbunga, seperti pohon pandan harum, pohon pudak dan beberapa pepohonan lainnya.

Karna pohon - pohon tersebut saat berbunga menyebarkan bau yang harum, dan di sampingnya tumbuh pepohonan yang besar dengan semak belukar yang lebat maka daerah itu dinamai Alas Harum. Keharuman daerah itu yang menghiasi sekitarnya mempunyai kesan dan ciri khas tersendiri, namun di satu sisi pepohonan yang besar-besar, semak belukar yang lebat merupakan pemandangan yang memberi pesan angker, memang benar daerah itu adalah daerah yang sangat angker, pepohonan dan semak belukar yang lebat menjadi tempat para dedemit, jin,peri, dan mahluk gaib lainnya yang senatiasa mengganggu ketentraman penduduk yang tingal di sekitarnya,para penduduk selalu dihantui rasa ketakutan keangkeran dan kerusuhan yang dilakukan para demit itu akhirnya didengar oleh Raja penguasa Bali yakni Ida Dalem Anom Pamayun di Gelgel . sebagai duta Raja untuk menetralisir keadan diplosok-plosok daerah bali maka di pilihlah Ida Idewa Kaleran Mayun dan berkat pusaka kayohana yang Beliau bawa maka dengan mudah beliau mengalhkan para perusuh yang menggangu daerah Culik (Karangasem), daerah Songan Kintamani (Bangli) dan daerah Alas harum. Beliau berhasil menata daerah Alas harum dan sekitarnya yang pada mulanya sangat tandus, menjadi sebuah keadaan yang tanahnya subur, walau menanggung resiko yang sangat berta maka sejak itu kerajaan yang baru di bangun di namai Kalianget daan beliau yang menjadi Prabu Kalianget. Kedatang Beliau di Alas harum ini yang berkembang menjadi kerajaan Kalianget adalah sekitar Tahun 1622 Masehi ( Caka 1544)

Kemegahan kerajaan Kalianget ini sebagai sebuah Kerajaan kecil di belahan Bali Utara bagian Barat cukup lama. Sampai pada akhirnya kerajaan kalianget itu runtuh tanpa ada yang meneruskan, sehingga bisa di katakan Kerajaan Kaliangat diibaratkan seumur jagung, tanpa ada generasi sebagai penerus tahta Kerajaan. Kehancuran Kerajaan kalianget adalah sebagai akibat dan sebagai hukuman atas keberanian Raja menentang Sabda Ida Bhatara Batukaru dengan jalan menancapkan keris Pusaka Ki Baan Kau untuk mendapatkan mata air guna mengaliri sungai mendaum. Perjuangan Raja adalah bagaikan Dewa Wisnu yang selalu berusaha mensejahterakan rakyatnya, walaupun disatu sisi berakibat fatal bagi kerajaan dan Raja sendiri. Kepergian Raja bersama isteri dan putra-putranya meninggalkan kerajaan yang sudah hancur menuju daerah Tabanan, oleh Raja Gianyar beliau di berikan tempat di sebelah selatan Kerajaan yakni di Manik Selaka (Tabanan). Di tempat inilah putra-putra Beliau melangsungkan Upara perkawinan sampai pada akhirnya Beliau ( Raja Kalianget ) Ida Idewa Kaleran Mayun Sakti wafat di Manik Selaka Tabanan. Dari sinilah putra-putra dan pretisentana Raja mengabdikan diri di Puri Mengwi, oleh Raja Mengwi di buatkan Puri di Kukuh yang di beri nama Puri Bantan Wani ( Puri yang sangat disegani musuh ), ada yang kamasan Tabanan, oleh Raja Mengwi Ida Idewa Kaleran Mayun Sakti ( putra Ida Idewa Kaleran Mayun yang menetap di Puri Batan Wani) adalah cucu dari Raja Kalianget di berikan penghargaan atas jasa-jasanya dengan membuatkan Puri di Sangsi ( Puri Sangsi ), akhirnya pertisentana atau warih Ida Prabu Kalianget menyebar di seluruh Bali bagian Timur, Selatan, Barat, yang merupakan ikatan persaudaraan keluarga Dalem.

Bukti sejarah yang beliau (Raja Kalianget) tinggalkan yang dapat di kenang oleh masyarakat desa Kalianget atau dareah sekitarnya sampai sekarang :

Diberikannya nama Kalianget yang sampai sekarang menjadi nama desa yaitu desa Kalianget.

Di galinya sungai Mendaum yang sampai sekarang mengairi persawahan di 2 kecamatan, yaitu kecamatan Seririt dan Kecamatan Banjar.

Dibangunnya tempat-tempat pemujaan (Pura) yang sampai sekaranng masih berdiri kokoh serta namanya yang abdi sepanjang masa, diantaranya :
  • Pura Alas harum.
  • Pura Dalem Dasar.
  • Pura Prabu
  • Pura Aswa Mapwe (Pura Jaran Guyang)
  • Pura Taman Batur
  • Pura Taman Berawah
  • Pura Manik Galih
Oleh masyarakat Kalianget untuk menghormati jasa-jasa Ida Sang Prabu pada saat beliau mengangkat I Nyoman Jaya Prana sebagai putra angkat, mak dibangunlah Pura pada tahu 1949 untuk menstanakan Ida Bhatara Sakti (Jaya Prana), Dewa Ayu Layon Sari, Ida Sang Prabu Kalinget, Paman Patih Saung Galing, dan Dewa Nyoman Arya Utama, pura tersebut di beri nama “ Pura Anyar”.

Saksi bisu lainnya yang cukup memberikan jawaban sebagai bukti sejarah yang nyata adalah benda berupa lesung milik Dewa Ayu Layon Sari, keris Pusaka Ida Sang Prabu Kalianget masih di simpan atau di sumgsung oleh warih Ida Sang Prabu di Puri Sangsi Singapadu, dan benda-benda lainnya. Adapun nama Kalianget adlah sebuah nama warisan Raja Kalianget dapat di beri pengertian sebagai berikut :

Kalianget berasal dari kata Kali dan Anget, kali berarti sungai (Tukad) Anget berarti panas nama ini diberikan karena aliran air panas (Yeh Panas) yang ada di wilayah desa Banjar mengaliri daerah ini, sehingga daerah ini bi beri nama Kalianget.

Kata Kalianget juga dapat diartikan berasal dari kata Kali dan Anget, Kali berrti waktu,Anget berarti menakutkan (tenget) karena beberapa tempat sekitar daerh ini cukup angker sehinga sering menakutkan penduduk sekitar.

Sedangkan nama tukad Mandaum dapat diberikan pengertian sebagai berikut :

Mandaum bersal dari kata Manda yang berarti Dangkal (deken), Aum/Aub berarti lebat penuh dengan semak belukar (bet) nama ini bi berikan karena aliran sungai yang tlah di buat oleh Raja bersama rakyat lama tidak berair, akibatnya di kana kirinya tumbuh semak belukar yang rimbun, pada aliran sungai terdapat sampah dan lelongsoran tanah sehingga menjadi dangkal.

Mandaung yang berasal dari kata manda yang artinya keluar atau muncul ( metu ), aung adalah mesatria Raja, Mendaum berarti atau di artikan baru muncul atau di perlihatkan kesaktian Raja, yaitu dengan menikamkan keris pusaka Ki Baan Kau di kaki gunung Watu Karu barulah muncul mata air yang mengaliri saluran air yang telah di gali sebelumnya, sejak saat itu sungai tersebut di beri nama sungai “ Mendaum”.

About Admin

Hi there! I am Hung Duy and I am a true enthusiast in the areas of SEO and web design. In my personal life I spend time on photography, mountain climbing, snorkeling and dirt bike riding.
«
Next
This is the most recent post.
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply